Virus Corona Bermutasi Lebih Lambat Dibanding Influenza, WHO Sebut Tak Pengaruhi Efektivitas Vaksin
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pejabat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa virus corona bermutasi pada tingkat yang jauh lebih lambat daripada influenza musiman.
Influenza musiman bermutasi begitu sering sehingga para ilmuwan harus secara teratur mengembangkan vaksin baru untuk menginokulasi populasi melawan virus setiap tahun.
Sebelumnya, pejabat Inggris telah memberi tahu WHO bahwa vaksin Covid-19 tampaknya sama efektifnya dengan jenis baru, tetapi diperlukan lebih banyak penelitian.
Dilansir dari CNBC, Rabu (23/12) meskipun semua virus bermutasi secara alami, tidak setiap mutasi membuat virus menjadi lebih menular atau lebih ganas. “SARS-CoV-2 bermutasi pada tingkat yang jauh lebih lambat daripada influenza ,” kata kepala ilmuwan WHO Soumya Swaminathan pada jumpa pers.
Baca juga : Seks Baik untuk Kesehatan, Berapa Lama Idealnya Dilakukan?
“Dan sejauh ini, meskipun kami telah melihat sejumlah perubahan dan sejumlah mutasi, tidak ada yang memberi dampak signifikan pada kerentanan virus terhadap terapi, obat-obatan, atau vaksin yang sedang dikembangkan, dan orang berharap itu akan terus terjadi," lanjutnya.
Pejabat WHO menegaskan kembali bahwa para pejabat dari Inggris telah mengatakan strain baru itu bisa sampai 70% lebih mudah ditularkan daripada jenis virus asli. Dr Mike Ryan selaku direktur eksekutif program kedaruratan kesehatan WHO, memaparkan, bahwa tidak jelas apakah peningkatan penyebaran di Inggris disebabkan oleh mutasi atau perilaku manusia.
“Kami telah melihat perkiraan peningkatan kecil dalam jumlah reproduksi oleh Inggris,” papar Dr Ryan.
Ini berarti virus menyebar lebih cepat, lebih mudah menular atau menyebar lebih mudah di bulan-bulan yang lebih dingin. Itu juga bisa berarti orang-orang menjadi lalai dalam mengikuti protokol kesehatan masyarakat. “Masih harus dilihat seberapa banyak hal itu disebabkan oleh perubahan genetik spesifik pada strain baru. Saya mencurigai beberapa," sambung Dr Ryan.
Baca juga : Para Moms, Yuk Perhatikan Periode Emas Anak Sejak Dalam Kandungan
Maria Van Kerkhove selaku kepala unit penyakit dan zoonosis WHO, menjelaskan pejabat Inggris memperkirakan bahwa mutasi telah menyebabkan peningkatan tingkat reproduksi virus dari 1,1 menjadi 1,5. Artinya, setiap orang yang terinfeksi varian tersebut diperkirakan dapat menginfeksi 1,5 orang lainnya, naik dari 1,1 saat terinfeksi varian aslinya.
Dia menambahkan bahwa para pejabat sedang menyelidiki tiga elemen dari varian baru tersebut. Dimana para ilmuwan sedang mencari tahu apakah strain baru menyebar lebih mudah, apakah itu menyebabkan penyakit yang lebih atau kurang parah, dan bagaimana antibodi merespons infeksi. Van Kerkhove dan lainnya menekankan bahwa tampaknya tidak ada dampak apa pun pada keefektifan vaksin Covid-19 pada strain baru.
Influenza musiman bermutasi begitu sering sehingga para ilmuwan harus secara teratur mengembangkan vaksin baru untuk menginokulasi populasi melawan virus setiap tahun.
Sebelumnya, pejabat Inggris telah memberi tahu WHO bahwa vaksin Covid-19 tampaknya sama efektifnya dengan jenis baru, tetapi diperlukan lebih banyak penelitian.
Dilansir dari CNBC, Rabu (23/12) meskipun semua virus bermutasi secara alami, tidak setiap mutasi membuat virus menjadi lebih menular atau lebih ganas. “SARS-CoV-2 bermutasi pada tingkat yang jauh lebih lambat daripada influenza ,” kata kepala ilmuwan WHO Soumya Swaminathan pada jumpa pers.
Baca juga : Seks Baik untuk Kesehatan, Berapa Lama Idealnya Dilakukan?
“Dan sejauh ini, meskipun kami telah melihat sejumlah perubahan dan sejumlah mutasi, tidak ada yang memberi dampak signifikan pada kerentanan virus terhadap terapi, obat-obatan, atau vaksin yang sedang dikembangkan, dan orang berharap itu akan terus terjadi," lanjutnya.
Pejabat WHO menegaskan kembali bahwa para pejabat dari Inggris telah mengatakan strain baru itu bisa sampai 70% lebih mudah ditularkan daripada jenis virus asli. Dr Mike Ryan selaku direktur eksekutif program kedaruratan kesehatan WHO, memaparkan, bahwa tidak jelas apakah peningkatan penyebaran di Inggris disebabkan oleh mutasi atau perilaku manusia.
“Kami telah melihat perkiraan peningkatan kecil dalam jumlah reproduksi oleh Inggris,” papar Dr Ryan.
Ini berarti virus menyebar lebih cepat, lebih mudah menular atau menyebar lebih mudah di bulan-bulan yang lebih dingin. Itu juga bisa berarti orang-orang menjadi lalai dalam mengikuti protokol kesehatan masyarakat. “Masih harus dilihat seberapa banyak hal itu disebabkan oleh perubahan genetik spesifik pada strain baru. Saya mencurigai beberapa," sambung Dr Ryan.
Baca juga : Para Moms, Yuk Perhatikan Periode Emas Anak Sejak Dalam Kandungan
Maria Van Kerkhove selaku kepala unit penyakit dan zoonosis WHO, menjelaskan pejabat Inggris memperkirakan bahwa mutasi telah menyebabkan peningkatan tingkat reproduksi virus dari 1,1 menjadi 1,5. Artinya, setiap orang yang terinfeksi varian tersebut diperkirakan dapat menginfeksi 1,5 orang lainnya, naik dari 1,1 saat terinfeksi varian aslinya.
Dia menambahkan bahwa para pejabat sedang menyelidiki tiga elemen dari varian baru tersebut. Dimana para ilmuwan sedang mencari tahu apakah strain baru menyebar lebih mudah, apakah itu menyebabkan penyakit yang lebih atau kurang parah, dan bagaimana antibodi merespons infeksi. Van Kerkhove dan lainnya menekankan bahwa tampaknya tidak ada dampak apa pun pada keefektifan vaksin Covid-19 pada strain baru.
(wur)